Addin 426: Lisanmu Cerminan Hatimu

- Advertisement - Pfrasa_F
(Ilustrator: Dina Febriyanti)

Penulis: Latifah Wulandari

Kita mungkin sering mendengar ungkapan bahwa “fisik yang terluka, akan sembuh seiring berjalannya waktu. Lain hal jika hati yang terluka sebab lisan yang tak terjaga, luka itu akan membekas dan sulit untuk dilupakan”. Ibaratkan batu yang sudah dilempar tidak akan bisa kembali lagi. Berhati-hatilah dalam berucap, kita tidak pernah tahu apakah ucapan kita bisa memberi kebahagiaan untuk orang lain atau justru akan menghancurkan kehidupannya. 

Islam hadir sebagai agama yang paripurna, datang dengan membawa kedamaian. Orang-orang yang di dalam hatinya beriman kepada Allah dan Rasulnya pastilah sangat berhati-hati dalam segala aktivitasnya terutama terhadap ucapannya. Sebab ia menyadari bahwa semua akan dimintai pertanggungjawaban. Manusia senantiasa dikelilingi para malaikat yang siap mencatat amal kebaikan dan keburukan, tanpa terkecuali ucapan yang keluar dari lisan seseorang. Allah Swt. Berfirman di dalam Q.S. Qaff: 18 yang artinya: 

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.

Baca Juga: Addin 424: Hartamu Ada di Sedekahmu

Rasulullah juga bersabda, yang artinya “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”  (H.R. Al-Bukhari)

Jelaslah bahwa mereka yang piawai dalam menjaga lisannya akan selamat. Begitu pun sebaliknya, mereka yang lalai dari menjaga lisan akan menemui jurang kehancuran. Perlu kita ingat, Islam bukan hanya mengajarkan untuk berbicara yang benar, tetapi juga menyampaikannya dengan cara yang ahsan. Sebagaimana mulut diciptakan bukan hanya sekadar berbicara, lebih tepatnya berbicara yang baik dan benar. 

Jika kita ingin menakar kadar kualitas diri dan hati seseorang, maka perhatikan ucapannya. Jika hatinya baik, maka baiklah perkataannya. Sebagaimana yang dikatakan  Hadrat Utsman bin ‘Affan Ra. ketika lidah seseorang menjadi tenang dan ramah, maka hatinya menjadi saleh dan bersih. Namun tidak dengan hati yang buruk, perkataannya penuh cela, merusak, dusta, bahkan menyesatkan. Naudzubillah.

Tentu Allah juga sudah menyediakan reward dan punishment bagi setiap manusia. Bagi mereka yang tidak bisa menjaga lisannya, Allah Swt. Akan memberikan sanksi sebagaimana dalam hadis riwayat Muslim, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat”. (H.R. Muslim No. 2988).

Dengan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah Swt., pasti segala aktivitas kita akan dituntun oleh-Nya. Basahilah lidah kita dengan bacaan Al-Qur’an dan zikir. Jika belum bisa sering maka sesekali ingatlah dosa-dosa kita, kesalahan kita kepada orang lain yang dikarenakan lisan kita. Mungkin itu juga yang menjadi penghalang kita sulit melakukan kebaikan. Minta maaflah kepada siapa pun yang pernah kita sakiti hatinya.

 Mulai sekarang azamkan diri untuk menjadi pribadi yang ketika orang mendengar ucapan kita, hatinya menjadi teduh sebab yang keluar adalah kata-kata hikmah. Jadilah pribadi yang dari ucapan kita bisa menjadi perantara seseorang mendapatkan hidayah untuk mendekat kepada Allah Swt. Jadilah pribadi yang dari ucapannya bisa membangkitkan kehidupan orang lain. 

Dari  sekian banyak versi, jadilah versi terbaik dan tetap selalu pilih yang baik di tengah kerumunan orang-orang yang menyalahi aturan. Bukankah kita selalu ditampar dengan sebuah kalimat bahwa manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain? lantas mengapa kita tidak memanfaatkan pemberian Allah untuk kebaikan. Hidup hanya sekali dan cuma sebentar saja. Maka dari itu coba renungkan dan koreksi diri kita. Ingat-ingatlah bahwa satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tetapi satu kata bisa menembus jutaan kepala. Hati-hatilah dalam berkata-kata. Jika kita belum bisa mengendalikan ucapan kita, maka sebaiknya diam. Itu jauh lebih terhormat dibanding harus mengeluarkan kata-kata yang Allah laknat. 

Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan juga oleh Ahmad, Rasulullah saw. Bersabda, “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu”. (H.R. Ahmad).

Kalimat sederhana yang mengingatkan kita bahwa diam adalah emas. Namun jika mampu berbicara yang baik adalah berlian. Bijaklah dalam memilih dan memilah kata-kata, intonasi serta diksi bahasa yang akan kita gunakan. Tentu kita tidak ingin ucapan kita menggores hati orang lain. Apalagi pada zaman sekarang, banyak yang kehilangan etika dan moral. Ejekan dan sindiran hanya dianggap sebuah lelucon. Jika korban berusaha membela diri, para pelaku berlindung dibalik kata baperan banget sih, lu.  Padahal Allah melarang hal tersebut dan termasuk dosa besar bagi mereka yang menyakiti hati orang lain sebab ucapannya. Sebagaimana di dalam surat Al-Ahzab ayat 58 yang artinya,

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (Q.S. Al-Ahzab: 58).

Atau tidak kah kita juga takut terhadap hadis rasulullah yang mengatakan bahwa: 

“Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.” (H.R. Muslim)

Sia-sia amal seseorang jika lisan yang diamanahkan Allah untuk berbicara kebaikan justru di salahgunakan dalam hal kemaksiatan. Pahala hangus, dosa bertambah. Keadaannya tidak  lebih baik daripada pohon yang rusak. Kering daunnya, tidak berbunga apalagi berbuah, hanya menunggu kehancuran. Memang sekarang ini, manusia sangat cepat tersulut emosi yang berujung mencaci maki bahkan nekat melakukan hal-hal kriminal. 

Yang kita inginkan tentu keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat, maka mintalah perlindungan dari-Nya agar diberikan hidayah serta kekuatan untuk bisa menjaga lisan dari keburukan. Semoga Allah menjadikan kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang bertakwa, Aamiin.

Baca Juga: Addin 425: Hijab Itu Kewajiban, Bukan Pilihan

Biodata Penulis:

  • Nama         : Latifah Wulandari
  • Jurusan     : Komunikasi dan Penyiaran Islam
  • Fakultas    : Dakwah dan Komunikasi
  • Instagram : latifahh_330
- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles