Katanya, Anak Muda sebagai Generasi Penerus Bangsa!

- Advertisement - Pfrasa_F
(Ilustrator: Dina Febriyanti)

Penulis: Rofitrah Fadli Sihombing

“Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia,” ucap sang Bapak Proklamator, Bung Karno beberapa tahun silam. “Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit,” ucap salah satu Pahlawan Indonesia Timur, Kapitan Pattimura. “Penjagaan terbaik bagi generasi muda adalah contoh yang baik bagi generasi tua,” ujar pahlawan lainnya, Cut Nyak Dien.

Baca Juga: Berjualan di Siang Hari saat Bulan Ramadan, Boleh atau Tidak?

Cuitan-cuitan itu berasal dari insan yang terkenal dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tetesan keringat dan darah mereka relakan demi tanah air tercinta. Menjadikan Indonesia merdeka adalah hal utama yang diagung-agungkan.

Zaman silih berganti, penerus menjadi berarti. Golongan tua sudah saatnya mewariskan perjuangan kepada golongan muda. Golongan muda sudah seharusnya ikut andil dalam memperjuangkan pertahanan Indonesia.

Pemuda, sebagai harapan besar dari pahlawan kemerdekaan Indonesia untuk membela NKRI (Negera Kesatuan Republik Indonesia). Pemuda adalah orang yang diharapkan cerdas dan pandai dalam berfikir. Pemuda adalah orang yang kritis akan permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia. Tak salah, Pemuda dikatakan sebagai “Generasi Penerus Bangsa”

Itu yang diharapkan orang dahulu. Namun, apakah hal ini sesuai dengan kenyataan? Mari kita lihat fakta di lapangan. Dewasa ini, tawuran antarpemuda menjadi tren yang selalu viral. Tawuran adalah aksi kekerasan antara dua kubu atau lebih, yang dapat menyebabkan luka bahkan lebih parahnya bisa menyebabkan kematian.

Ini adalah hal yang tidak dibenarkan. Apapun alasannya, tawuran adalah hal buruk yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Akan tetapi, entah kenapa hal ini adalah sesuatu yang digemari bagi sekelompok orang, terutama di kalangan mahasiswa.

Misal, yang terjadi di Kota Medan, Mahasiswa yang katanya orang berpendidikan dan terpelajar, malah ikut melakukan aksi tak senonoh seperti itu. Mahasiswa di salah satu universitas negeri di Sumatra Utara, melakukan tawuran yang melibatkan dua fakultas.

Dilansir dari viva.co.id, tawuran tersebut terjadi antara mahasiswa Fakultas teknik dan Fakultas Ilmu Keolahragaan. Kedua kubu ini menggunakan batu untuk menggencarkan aksinya. Walaupun berlangsung sekitar 10 menit, akibat dari tawuran itu sejumlah fasilitas kampus mengalami kerusakan, hingga kendaraan pribadi dosen dan mahasiswa yang tak bersalah menjadi korbannya.

Beginilah generasi muda Indonesia sekarang. Ini baru satu kasus, belum lagi kasus yang lain, yang mana bullying juga menjadi tradisi bagi pemuda yang merasa ingin diperhatikan. Apa sebenarnya penyebab dari hal ini? Hilang akal atau haus akan kekuasaan? Sudah benarkah pahlawan berharap kepada pemuda, yang mana pemuda tersebut malah sibuk mencari jati diri sebagai seseorang yang harus berkuasa?

Gerak-gerik pemuda haruslah ke arah kebenaran. Mempertahankan Indonesia sebagai negara merdeka adalah tanggung jawab bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama pemuda, yang lebih gagah, cerdas, serta kritis. Kemampuan pemuda di atas golongan tua. Maka dari itu, sudah seharusnya pemuda turut andil dan lebih mendominasi untuk kebaikan Indonesia.

Tawuran harus dihentikan, sebab tak ada gunanya melancarkan aksi tersebut. Malah merugikan bukan? Contoh saja kasus mahasiswa di atas, kendaraan pribadi orang tak bersalah menjadi korban? Siapa yang harus disalahkan? Tentu saja pelaku tawuran tersebut. Konon, tawuran juga menyebabkan kematian, tetapi tetap saja masih ada yang melakukan hal itu. Jika sudah seperti itu, bisa kita ambil kesimpulan, bahwa tawuran adalah hobi dari kalangan pemuda.

Namun, pemuda yang benar-benar cerdas akan meninggalkan aksi tak senonoh itu. Pemuda yang cerdas adalah orang yang berani mempertaruhkan tetesan keringat dan darahnya untuk Indonesia. Ya, sama seperti pahlawan dahulu, yang dengan tegas mengatakan Indonesia Merdeka.

Masih ingat dengan perkataan Ir. Soekarno? “Beri aku 10 pemuda, akan kuguncang dunia.” Coba kita telaah arti dari kalimat tersebut. Resapi dan pahami. Dengan hanya 10 pemuda, kita bisa mengguncang dunia.

Mari, sebagai Pemuda yang cerdas, tinggalkan tawuran dan aksi kekerasan lainnya. Jadilah pemuda yang benar-benar diharapkan oleh orang-orang yang berjuang melawan penjajah zaman dahulu, bukan menjadi bodoh dan menggencarkan aksi tak senonoh.

Baca Juga : War Takjil: Dinamika Sosial dan Kesatuan Antaragama di Bulan Ramadan

Editor        : Muhammad Daffa

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles