Ketika Berhenti di Sini: Merelakan atau Mengikhlaskan?

- Advertisement - Pfrasa_F
(Foto: Dok. Internet: m.imdb.com)
  • Judul              : Ketika Berhenti di Sini
  • Sutradara      : Umay Shahab
  • Produksi        : Sinemaku Pictures
  • Pemeran        : Prilly Latuconsina, Refal Hady, Bryan Domani, Lutesha Sadewa, Sal Priadi, Widyawati, Cut Mini Theo, Satrya Ghozali
  • Durasi            : 102 menit
  • Tanggal Rilis : 27 Juli 2023

Peresensi: Putri Rizky Handayani Lubis

Setelah sukses dengan film pertamanya Kukira Kau Rumah yang berhasil menggaet dua juta penonton, rumah produksi Sinemaku Pictures yang disutradarai Umay Shahab berhasil membuat film baru yang berjudul Ketika Berhenti di Sini. Bertemakan tentang kehilangan yang mendalam sebagai alur cerita menyampaikan makna dalam setiap proses orang-orang yang merasa kehilangan untuk tetap berjuang hidup dan melepaskan apa yang sudah tiada. Nama-nama yang sudah tidak asing lagi seperti Prilly Latuconsina, Bryan Domani, Refal Hady, dan sederet bintang film lainnya menambah kesan bagusnya film ini.

Film ini mengisahkan tentang sepeninggalan sang ayah, Dita memendam trauma kehilangan karena ditinggal pergi orang tersayang. Dita memiliki profesi sebagai desainer grafis idealis tanpa sengaja bertemu dan menjalin hubungan dengan seorang lelaki bernama Ed yang berprofesi sebagai arsitek. Menariknya, pertemuan yang diawali dengan kesalahpahaman berujung pada perbincangan panjang dan hangat. Ed menyukai semua jenis teka-teki dan meminta Dita memecahkannya dalam sebuah petualangan yang berakhir romantis.

Baca Juga: The Love You Give Me, Drama Keluarga dengan Chemistry yang Kuat

Dita yang sedang merintis karir sementara Ed sudah mapan dengan perusahaan arsitek miliknya sendiri, merasa hubungannya dengan Ed tidak menemukan kelanjutan yang lebih serius dalam sebuah hubungan. Tanpa Dita sadari, sikapnya selalu menuntut Ed menjadi seperti yang dia inginkan. Meskipun demikian, Ed senantiasa sabar menghadapinya, hingga pada akhirnya Ed mengalami kecelakaan saat tengah ditelepon Dita hingga dikabarkan meninggal dunia.

Peristiwa kecelakaan yang menewaskan Ed membuat Dita sadar dan menyesali semua perbuatannya. Bahkan Dita harus berjuang untuk pulih dan menerima keadaan hingga akhirnya dia bertemu dengan Ivan, sahabat kecilnya. Hubungan keduanya tampak ke arah serius.

Namun, semuanya berubah ketika Dita menemukan kacamata yang memiliki teknologi Augmented Reality (AR). Kacamata ini mampu menghadirkan sosok dengan gaya hologram dan tampak seperti nyata. Dita yang sudah bisa berdamai, tiba-tiba menjadi hilang kendali karena merasa Ed kembali hadir di hidupnya meskipun hanya sebatas AR. Ia semakin tidak bisa membedakan antara kehidupan nyata dan virtual.

Film ini dibuka dengan narasi menarik tentang filosofi mandala. Tak hanya sebuah motif lingkaran, mandala memiliki filosofi yang lebih kompleks dan dalam. Mandala kerap dianggap sebagai alam semesta dengan titik pusat yang mewakili perpaduan harmonis antara diri sendiri dengan lingkungan. Mandala empat titik yang digambarkan dalam film ini menggambarkan empat tahapan dalam kehidupan Dita. Mulai dari utara yang penuh keserakahan, barat yang penuh cinta, selatan yang penuh amarah dan sakit hati, kemudian timur, titik akhir yang penuh kedamaian.

Film ini menggunakan teknologi Extended Reality (XR) sebagai pengganti green screen. XR yang digunakan dalam pembuatan film ini adalah layar LED yang menampilkan gambar visual sesuai dengan adegan yang sedang dikerjakan. Teknologi ini disebut sebagai green screen yang lebih tradisional, digunakan untuk menangkap pemandangan imajinatif.

Chemistry yang terjalin antara Dita dan Ed berhasil mengoyak emosi penonton walau perubahan plot dalam film ini terjadi terlalu cepat. Memang fokus cerita bukan pada kisah asmara antara Dita dan Ed, melainkan pada perjalanan Dita menghadapi kepergian Ed.

Di balik kekurangan film ini, hal terpenting adalah makna yang ingin disampaikan kepada penonton. Dialog ketika Dita berpendapat bahwa dalam kelahiran akan mengalami fase persiapan selama sembilan bulan. Namun, berbeda dengan kematian, tidak ada tahap persiapan karena kehadirannya yang tiba-tiba.

Dari sini kita dapat menyadari bahwa segala sesuatu yang hidup akan mati. Hal itu tidak bisa dihindari. Kehilangan dan ditinggalkan adalah dua tahap yang tak terhindarkan. Siapa pun itu, pasti akan mengalaminya. Terlepas dari kondisi fisik atau ekonomi, kerugian akan datang kepada siapa pun di bumi ini. Tetapi, semuanya terbayarkan di akhir film. “Merelakan dan mengikhlaskan. Live your life. Semua ini bukan salah kamu,” tutur Dita yang akhirnya menutup film Ketika Berhenti di Sini.

Baca Juga: Film A+: Sistem Sekolah yang Merenggut Nyawa

Editor: Syahda Khairunnisa

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles