Nelayan Bagan Deli: Mengejar Sejahtera dalam Keterbatasan

- Advertisement - Pfrasa_F
(Foto: Dok. Dinamika)

Menjadi seorang nelayan, merupakan profesi yang tak bisa dikatakan mudah. Kehidupan seorang nelayan tidak hanya sebatas menangkap ikan. Mereka harus memahami cuaca, pola migrasi ikan, dan keadaan laut dengan sangat baik. Setiap tarikan jaring, setiap lemparan pancing, merupakan hasil dari pengetahuan dan pengalaman yang terkumpul selama bertahun-tahun di lautan lepas. Nelayan juga harus memahami alam dan menjaga keseimbangan ekosistem laut agar sumber daya laut tetap berkelanjutan. Nasib seorang nelayan kerap ditentukan dari keberadaan buah laut. Makin banyak buah laut, maka makin “kenyang” lah para nelayan. Namun sebaliknya, jika buah laut sedikit, maka para nelayan harus siap menahan lapar.

      —

Bagan Deli, merupakan daerah pesisir yang terletak di Kecamatan Medan Belawan, Sumatra Utara. Didiami oleh masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan, membuat warga Bagan Deli cukup akrab dengan laut. Rumah-rumah panggung banyak dibangun di sekitar tepi laut, bahkan menghadap langsung dengan sisi lautan.

Baca Juga: Menjadi Kota Metropolitan, Medan Raih Sertifikat Adipura

“Beginilah, Nak. Terkadang cukup, terkadang tidak,” kata Hasyim menjelaskan penghasilannya sehari-hari sepulang melaut. Pria berusia 55 tahun ini menjadi saksi perjalanan kehidupan para nelayan di Bagan Deli. Sambil memperbaiki jaring yang sudah rusak, atau istilahnya “membubul” Hasyim dengan senang hati menceritakan pengalamannya sebagai seorang nelayan “sepuh”.

Hayim memang bukan warga asli Bagan Deli, tetapi pengalamannya sebagai nelayan patut diacungi jempol. Sejak tahun 1984 Hasyim sudah pergi melaut. Pada saat itu Hasyim masih berstatus pelajar. Kerasnya hidup membuatnya harus meninggalkan tempat kelahirannya yakni Padang Sidempuan agar mendapat kehidupan yang lebih layak.

Rutinitas para nelayan berbeda-beda, ada yang turun ke laut saat pagi, siang, bahkan malam hari. Hasyim sendiri selepas subuh biasanya langsung melaut menuju daerah Percut, Kuala Besar, dan depan Belawan. Kemudian, keesokan paginya kapal Hasyim kembali ke daratan dengan tangkapan harian.

Kapal yang dinaiki oleh Hasyim pun bukanlah milik pribadi, melainkan seorang yang kaya raya bernama Selamat Sihombing. Hasyim dipercaya menjadi nakhoda kapal tersebut. Artinya, Hasyimlah yang menentukan kemana kapal akan berlabuh.

Ada masa di mana tangkapan laut cukup banyak diperoleh, dan ada pula tidak dapat sama sekali. Seperti saat ini, buah laut cukup sulit ditemui. Istilah para nelayan di sini menamakannya dengan Barkring (Barak Kering). Diperkirakan barkring berlangsung dari Januari–Maret. Rentang waktu yang cukup lama bagi seorang nelayan seperti Hasyim.

Penghasilan rata-rata Hasyim setelah sehari semalam melaut sejumlah Rp100.000,00. Namun, ada momen di mana Hasyim pulang dengan tangan kosong. Penghasilan yang tak menentu, kadang membuat Hasyim kewalahan menghidupi istri dan keempat anaknya. Untuk menutupi kebutuhan keluarga, Hasyim mengandalkan bantuan pemerintah yakni Program Keluarga Harapan (PKH).

Faridah Hanim, juga mengalami nasib yang sama dengan Hasyim. Bedanya, Faridah adalah istri seorang nelayan tidak tetap. “Sebenarnya enggak cukup hasilnya, cuma mau gimana lagi,” kata Farida menjelaskan penghasilan suaminya sepulang melaut. Menikmati angin di depan rumah yang berhadapan langsung dengan laut sedikit membuatnya tenang di tengah hiruk-pikuknya aktivitas manusia.

Menghidupi tiga anak yang masih kecil dengan penghasilan yang tak mencukupi Farida dan suaminya harus mencari kerjaan lain selain nelayan.

Hasyim dan Faridah sebetulnya mengalami persoalan yang sama, yakni masalah ekonomi. Nyatanya, kehidupan nelayan saat ini tak semuanya sejahtera, tak sebanding dengan risiko yang mereka hadapi di lautan lepas. Besar harapan Hasyim dan Faridah mewakili para nelayan Bagan Deli kepada pemerintah untuk memperhatikan kehidupan mereka, setidaknya dengan memberikan bantuan operasional bagi para nelayan.

Baca Juga: Keindahan Puncak Tangke Tabu Diiringi Fasilitas yang Beragam

Reporter  : Siti Asyaroh

Editor       : Ranum Aisyah 

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles