Addin 420: Tidak Semua Berada dalam Kendali Kita

- Advertisement - Pfrasa_F
(Ilustrator: Rodiatul Adawiyah Harahap)

Penulis: Maysarah Andini

Memaksakan semua berada dalam kendali kita adalah hal yang sangat menguras energi dan mungkin akan berakhir penyesalan dan sia-sia. Ditambah hal tersebut merupakan faktor yang berada di luar diri kita. Padahal sudah kita ketahui bahwa ada banyak hal yang berada di luar kendali kita sebagai manusia.

Terkadang sebagai manusia, kita sering kali mementingkan hal-hal di luar kendali. Bahkan saking seringnya sampai overthinking, memikirkan sesuatu yang sebenarnya belum tentu akan terjadi dan belum tentu menimpa kita juga akan tetap baik-baik saja jika tidak terlalu memaksakan apa-apa yang di luar kendali kita sebagai manusia.

Dikutip dari buku Filosofi Teras yang ditulis oleh Henry Manampiring bahwa “Kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari “things we can control”, hal-hal yang di bawah kendali kita. Dengan kata lain, kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari dalam. Sebaliknya, kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan dan kedamaian sejati kepada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.”

Baca Juga: Addin 418: Pertolongan Allah Swt. Itu Nyata

Fokuslah hanya pada hal-hal yang dapat sepenuhnya kita kendalikan. Fokus pada hal yang bisa kita kendalikan dapat membantu melalui masa hidup bahkan di situasi tersulit sekalipun, karena sikap dan persepsi kita sepenuhnya berada di bawah kendali kita. Begitulah hidup kita hanya perlu menjalani apa yang mampu kita lakukan sesuai kapasitas dan porsinya, tidak kurang ataupun lebih, tetapi cukup. Cukup menjalani apa yang menjadi kewajiban dan amanah yang harus kita lakukan.

Menjalani hal sesuai yang kita mampu sudah Allah jelaskan di dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah ayat 286, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Sederhananya begini, apabila sesuatu itu berada dari dalam diri kita itulah bagian dari hal-hal yang mampu kita kendalikan, tetapi jika sesuatu tersebut adalah bagian yang terjadi dari hal-hal di luar pikiran dan tindakan kita merupakan sesuatu yang berada di luar kendali kita.

Dalam buku yang ditulis oleh Baek Se Hee penulis buku Bestseller di Korea Selatan berjudul I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki dalam konsultasinya terdapat sebuah dialog yang disampaikan oleh psikiater bahwa, “Penyebab utama melakukan pengawasan pada diri saya sendiri adalah karena Anda terlalu mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang lain. Akibatnya, kepuasan terhadap diri Anda sendiri pun menurun. Hidup Anda adalah milik Anda sendiri. Tubuh Anda milik Anda dan Andalah yang sepenuhnya bertanggung jawab atasnya.”

Saat-saat tertentu kita mungkin akan menemukan seorang atau sebagian teman yang persepsinya bertolak belakang dengan kita. Bahkan terkadang sering terjadi perbedaan pendapat antara kita dan mereka, atau mungkin mereka berbicara kurang pantas tentangmu padahal mereka tidak tahu betul keadaan sebenarnya tentang dirimu. Lantas bagaimana respons yang harus kita tunjukkan? Keadaan seperti ini mungkin akan terjadi dalam hidupmu paling tidak sekali dalam hidup.

Seperti kutipan kata mutiara dari khalifah Ali bin Abi Thalib bahwa “Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak akan percaya itu.”

Akan tetapi, tidak bisa kita pungkiri akan selalu ada segelintir orang yang menjadikan penilaian manusia menjadi tolok ukur kepuasan dalam hidupnya. Jika ada seseorang yang memberi penilaian buruk tentangnya akan menjadikannya orang yang paling tidak berguna dan gagal. Merasa dirinya paling buruk, menghabiskan waktu untuk memikirkan hal apa yang salah dari dalam dirinya dan berakhir terpuruk. Padahal hal yang terjadi pada kenyataannya, bukan dirimu yang salah melainkan penilaian orang terhadapmu yang ingin membuat mentalmu jatuh. 

Sungguh sebenarnya penilaian kita di mata manusia tidaklah penting karena hanya Allah Sang Maha Adil yang pantas untuk menilai hamba-Nya. Lagi pula di mata Allah kita semua sama, tidak ada yang dibeda-bedakan, hanya tingkatan takwa kepada Allah yang menjadi pembeda di antara hamba-hamba-Nya.

Hal ini tercantum dalam Q.S. Al-Hujurat:13. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.”

Memilih teman yang membuat kita bertumbuh dan berkembang juga merupakan bagian dari hal yang tentu menjadi hal yang bisa kita kendalikan. Sudah seharusnya zaman sekarang ini kita mampu mem-filterisasi dalam lingkup pertemanan, sudah tidak perlu lagi untuk banyak-banyakan teman. Toh, percuma juga kalau punya teman banyak tapi nggak berkualitas, lebih baik punya teman sedikit tetapi berkualitas, yang dapat membuat kita berproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan selalu mengajak kita untuk menebar kebaikan dan kebermanfaatan.

Memilih teman yang baik dan se-frekuensi akan berdampak positif dengan perkembangan sikap kita, baik sedikit maupun banyak. Namun sebaliknya, jika teman yang kita pilih adalah teman yang kurang baik, sering berkata kasar, atau mungkin melakukan sebagian hal-hal yang dibenci oleh Allah maka tidak menutup kemungkinan jika kita yang awalnya baik akan terpengaruh oleh sikap dan perilaku teman yang kurang baik itu. Maka dalam Islam kita dianjurkan untuk dapat memilah dan memilih teman yang baik.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan minyak wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaianmu ataupun kamu akan mencium baunya yang tidak sedap.” (H.R. Muslim)

Hadis di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa teman itu memberikan pengaruh terhadap kehidupan kita. Sebagai makhluk sosial, tentu kita selalu ingin berteman dan menjalin hubungan baik dengan banyak orang. Namun, jika teman yang kita punya berdampak negatif terhadap hidup kita, pilihannya ada dalam kendali kita ingin berteman dengannya atau tidak. Sikap kurang baik darinya merupakan hal yang sudah pasti berada di luar kendali kita.

Semua yang terjadi di dunia ini tidak akan mungkin berjalan sesuai apa yang kita inginkan. Semesta sudah menentukan bagaimana skenario kehidupan harus berjalan sebagaimana mestinya yang itu semua adalah yang sudah mutlak berada di luar kendali kita sebagai manusia.

Baca Juga: Addin 419: “Menanam Akhirat”

Biodata Penulis

  • Nama         : Maysarah Andini
  • Jurusan     : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
  • Fakultas    : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
  • Semester  : V (lima)
  • Instagram : @maysarah.andini

Editor : Syahda Khairunnisa 

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles