Addin 421: Mewarnai Kehidupan Duniawi dengan Gaya Hidup Islami

- Advertisement - Pfrasa_F
(Ilustrator: Dina Febriyanti)

Penulis: Afrini Yuninda Silitonga

Allah Subhanahu wata’ala (Swt.) menciptakan manusia untuk dijadikan sebagai khalifah di muka bumi, ia memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dengan serius. Allah memberikan kita sebuah kemampuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yakni kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Hal itu dimaksudkan untuk memudahkan manusia dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang khalifah tersebut. Dengan kemampuan yang dimiliki itulah manusia dapat membedakan hal baik dan buruk di dalam kehidupan yang fana ini. 

Dalam hidup sehari-hari pun anugerah tersebut bisa dijadikan untuk mengambil hal yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, serta mampu menjauhkan kita dari hal-hal yang mendatangkan kemudaratan. Dari segi kemampuan fisik, manusia dengan sangat mudah dapat melakukan suatu kapasitas dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.

Dalam keseharian hidup manusia, Islam hadir untuk mengatur kehidupan berdasarkan Al-Qur’an yang sudah diturunkan sebagai kitab suci bagi seluruh umat manusia sejak awal peradaban hingga akhir zaman. Sebagai mana mestinya, Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah umat manusia dan Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam (saw.) adalah salah satu utusan Allah yang akan membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Adapun yang perlu diketahui bahwa Islam tersebar luas ke seluruh wilayah belahan bumi, baik ilmunya maupun aturan-aturan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Baca Juga: Addin 420: Tidak Semua Berada dalam Kendali Kita

Pada umumnya, manusia mencari dua hal dalam kesempatan hidupnya ini. Yang pertama adalah kebaikan (al-khair) dan yang kedua adalah kebahagiaan (as-sa’adah). Orang yang menginginkan kehidupan yang sempurna serta luar biasa pastinya harus memenuhi dua hal tersebut di atas. Meski pada kenyataannya tidak ada yang sempurna hingga melebihi standar kapasitas di dunia kecuali Allah Swt. 

Apabila kedua hal ini tercapai dalam setiap perjalanan hidup manusia, maka dengan sendirinya akan menimbulkan rasa damai secara lahiriah dan batiniah dalam diri seorang umat yang bertakwa. Untuk memahami kedua hal ini pun tidaklah mudah karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memahami kedua kodrat tersebut. Perbedaan inilah yang mempelopori berkembangnya gaya hidup manusia yang berbeda-beda.

Gaya hidup dalam perspektif Islam dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yang pertama adalah gaya hidup islami dan yang kedua adalah gaya hidup jahiliah. Kedua pandangan tersebut diyakini memiliki sebuah landasan yang mutlak dan kuat, yaitu tauhid. Jalan hidup jahil memiliki landasan yang relatif rapuh serta penuh nuansa syirik, sedangkan bagi setiap muslim harusnya menjadi pilihan utama untuk memilih cara hidup islami bagi hidup dan kehidupannya. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt. berikut ini yang artinya:

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik.” (Q.S. Yusuf: 108)

Makna ayat tersebut mengungkapkan bahwa penerapan gaya hidup islami adalah wajib bagi setiap muslim. Adapun sebenarnya cara hidup jahiliah secara tidak langsung sudah melawan ketatapan hukum islami sendiri, hal tersebut hanya membuat kita khawatir karena gaya hidup jahiliah melarang mendominasi sebagian besar gaya hidup muslim. Fenomena ini persis seperti yang disarankan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau bersabda:

“Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ditanyakan kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (H.R. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Sahih)

Berikut ini merupakan beberapa prinsip gaya hidup islami yang diridai Allah:

1. Niatkan seluruh kegiatan untuk ibadah.

Dalam menjalankan suatu hal di dunia ini, baik untuk hal yang berbau modern ataupun konvensional, semuanya harus dilandasi dengan niat ibadah kepada Allah Swt.

2. Baik dan layak

Segala gaya hidup yang dilakukan dalam kehidupan harus berlandaskan pada dasar hal kebaikan dan kelayakan, dalam artian harus sesuai dengan syariat, akal sehat, serta adat-istiadat.

3. Halal dan thayyib

Segala hal yang berkenaan dalam menunjang gaya hidup harus bersifat halal yang penilaiannya berdasarkan hukum islam, serta thayib atau suatu fase yang tidak akan merugikan atau menyakiti siapa pun.

4. Katakan tidak dengan kebohongan

Kehidupan dan seluruh aktivitas dalam Islam sangat dilarang mengandung kebohongan, semua orang harus memiliki kejujuran sebagai landasan utama dalam menjalani kehidupan duniawi.

5. Tidak berlebihan

Gaya hidup islami juga melarang seseorang untuk bersikap berlebihan, sebab hal tersebut hanya akan merugikan diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Allah tidak menyukai orang-orang yang gemar melakukan riya’.

Pola hidup sederhana umat Islam harus dibudayakan dan diamalkan, terutama di lingkungan terdekat dan keluarga kita. Jika orang tua menunjukkan contoh kesederhanaan kepada anaknya, maka sang anak akan terhalang untuk merasa lebih dari orang lain, ia tidak puas dengan kemewahan dan dapat mengendalikan dirinya dari kemewahan. Sebuah pendapat mengatakan bahwa sederhana adalah keindahan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan mudahnya seseorang meloloskan dirinya dari belenggu kesombongan hingga lebih mudah merasakan penderitaan orang lain. Jadi, orang-orang yang saat ini merasa kurang cantik dengan penampilan, pereloklah dengan bentuk sikap kesederhanaan dari tombak pengendalian nafsu.

Dalam melakukan suatu kesederhanaan tersebut, kita bisa mencontohkan sikap Rasulullah saw. yang sangat sederhana. Meskipun kekayaannya sangat besar, tetapi rumahnya sangat sederhana, tanpa singgasana dan tidak ada mahkota. Rasanya sangat mudah baginya untuk mendapatkan semua itu jika ia mau. Jadi, untuk apa Nabi Muhammad saw. memiliki kekayaan sedang ia tidak menunjukkan kekayaannya? Dia hanya menggunakan kekayaannya untuk menyebarkan pesan Islam melalui dakwah, membantu orang miskin, dan memberdayakan umatnya yang lemah. Untuk menerapkan apa yang dicontohkan beliau, kita harus kaya dan membagi kekayaan itu sebanyak-banyaknya kepada orang lain terutama orang-orang terdekat kita.

Baca Juga: Addin 419: “Menanam Akhirat”

Biodata Penulis

  • Nama       : Afrini Yuninda Silitonga
  • Semester : II (Dua)
  • Fakultas   : Ilmu Sosial
  • Jurusan    : Ilmu Komunikasi
- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share article

Latest articles